Toko Buku Gunung Agung, Temani Indonesia dari Awal Kemerdekaan

Dini Pramita
22 Mei 2023, 10:37
Toko Buku Gunung Agung di Depok.
Twitter @TokoGunungAgung
Toko Buku Gunung Agung di Depok.

Toko Buku Gunung Agung berencana menutup seluruh gerainya di Indonesia pada akhir 2023. Pengumuman ini disampaikan oleh manajemen PT GA Tiga Belas dalam keterangan resmi, Minggu (21/5).

Sejak pandemi Covid-19, manajemen perusahaan melakukan efisiensi dengan menutup gerai yang berada di sejumlah kota seperti Jakarta, Bogor, Bekasi, Magelang, Semarang hingga Gresik dan Surabaya. "Penutupan toko tidak hanya kami lakukan akibat dampak pandemi Covid-19, karena kami telah melakukan efisiensi dan efektivitas usaha sejak 2013."

Dalam keterangan resmi itu, manajemen perusahaan menyinggung kerugian usaha akibat penjualan yang tak mampu menutupi beban operasional usaha setiap tahun. Pandemi Covid-19, memperburuk kondisi itu.

Hingga saat ini, toko buku yang masih bertahan berjumlah lima gerai. "Dalam pelaksanaan penutupan toko atau outlet yang terjadi dalam kurun 2020 sampai dengan 2023, kami melakukannya secara bertahap dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku."

Berdiri di Awal Kemerdekaan dengan Menggelar Pameran Buku Pertama di Indonesia

Mengutip dari situs resmi Gunung Agung, toko buku ini didirikan pada 1953 oleh Tjio Wie Tay, yang dikenal sebagai Haji Masagung. Ia memulainya dari kios sederhana yang menjual buku, surat kabar, dan majalah dengan nama Thay San Kongsie di Jakarta Pusat.

Thay San Kongsie ini merupakan kongsi dagang yang dibuat Haji Masagung dengan Lie Tay San dan The Kia Hoat padad 1948. Firma dagang ini mulanya didirikan untuk memperdagangkan bir dan rokok.

Modal dagang firma ini diperoleh dari menjual rokok selundupan, hasil curian dari gudang perusahaan Perola. Tjio sendiri yang telah berdagang sejak usia sekolah, kerap mencuri buku sekolah saudara-saudaranya untuk dijual dan diputar kembali sebagai modal berjualan rokok.

Dari berdagang rokok inilah, ia mengenal kedua pedagang rokok lainnya yang kelak menjadi rekan bisnisnya untuk mendirikan firma dagang yang serius. Bisnis yang dijalankan oleh firma itu sukses, namun karena animo peminat buku semakin tinggi setelah Indonesia merdeka, Tjio melirik bisnis jual-beli buku.

Di awal peralihan bisnis, Tjio alias Haji Masagung, mencari suplier buku-buku berbahasa asing melalui orang Belanda kenalannya. Segmen buku berbahasa asing terbukti menjadi segmen paling laris diburu konsumen.

Untuk mendukung perkembangan bisnis firma, Tjio yang bertindak sebagai pemimpin firma, membeli sebuah rumah sitaan Kejaksaan Agung di Jalan Kwitang Nomor 13, pada 1951. Selain berfungsi sebagai gerai penjualan, rumah ini sekaligus sebagai percetakan kecil yang mengambil bagian belakang rumah.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...